Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Fisika
|
Jumat, 18 Agustus 2017
|
Tugas Mandiri SBM
|
Assalamu'alaikum, teman-teman. Apa kabar? Semoga selalu dalam keadan sehat dan terus bersemangat yaa. Kali ini nad akan menjelaskan pokok materi dari mata kuliah kita, yaitu Strategi Belajar Mengajar. Dengan materi mengenai Pendekatan Kontekstual, khususnya dalam pembelajaran fisika dan informasi aja bahan tulisan ini nadya dapat dari sebuah jurnal, yang untuk lebih lengkapnya (sumber) bisa kalian cek pada akhir pembahasan dibawah ini (don't forget to put the pointer on the journal and scroll w/ your mouse:)
Bagaimana ya kira-kira bentuk pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fisika? Sebelumnya yuk baca materi dibawah ini mengenai apa itu Pendekatan Kontekstual.
[MATERI] Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran, oleh Sujarwo, M.Pd, selengkapnya KLIK DISINI
Pelaksanaan pembelajaran fisika dengan pendekatan kontekstual pada pokok bahasan Wujud Zat dan Perubahannya dilakukan dalam tiga siklus dan dijelaskan sebagai berikut:
1.Siklus I
Pada siklus I, awalnya siswa melakukan percobaan sesuai dengan petunjuk dalam LKS tetapi siswa merasa sulit dan ragu-ragu ketika menjawab pertanyaan. Guru memberikan arahan agar langkah-langkah penyelidikan dalam LKS dilakukan secara urut sehingga pertanyaan yang ada dalam LKS dapat dijawab dengan benar. Kelemahan pada siklus I, pemanfaatan alokasi waktu yang belum maksimal untuk melaksanakan pembelajaran fisika dengan pendekatan kontekstual. Hal ini disebabkan siswa masih merasa kebingungan dan belum terbiasa melakukan penyelidikan. Siswa juga belum bisa menyiapkan alat dan bahan secara sempurna. Hal ini dikarenakan siswa belum pernah diperkenalkan dengan alat-alat yang akan dibuat percobaan, untuk mengatasi hal tersebut sebelum memulai percobaan guru memperkenalkan alat-alatnya terlebih dahulu. Penyebab yang lain yaitu sebagian siswa tidak disiplin dalam pembelajaran, seperti kurang memperhatikan penjelasan dari guru dan membuat kegaduhan dengan temannya, kurang tekun dalam melakukan percobaan dan rasa keingintahuan siswa kurang. Hal ini bisa diindikasikan bahwa sikap ilmiah siswa kurang. Untuk menumbuhkan sikap ilmiah pada diri siswa, guru berusaha membimbing dan mengarahkan siswa untuk melakukan percobaan dengan lebih serius Saat pelaksanaan percobaan, ada sebagian siswa yang tidak dapat bekerjasama dengan baik, ada yang diam hanya mengandalkan temannya yang pandai untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Selain itu, kurangnya kedisiplinan selama pembelajaran mengakibatkan pemanfaatan waktu yang tidak optimal. Untuk mengatasi hal tersebut guru harus memberikan arahan agar siswa dapat memanfaatkan waktu secara optimal. Refleksi yang dilakukan pada beberapa kelemahan pelaksanaan pembelajaran di siklus I adalah guru memberikan arahan agar siswa mempelajari dulu materi selanjutnya, memperhatikan penjelasan dari guru dan memberikan arahan agar siswa tidak berbuat gaduh ketika pembelajaran berlangsung. Selain itu, guru juga menjelaskan sekilas tentang materi yang akan dibahas di siklus II agar siswa lebih antusias dan lebih siap dalam mengikuti pembelajaran pada siklus II.
2. Siklus II
Pada siklus II ada sedikit kemajuan seperti, siswa sudah mampu mempersiapkan alat dan bahan sendiri, siswa sudah siap dan sudah mulai beradaptasi dengan pendekatan kontekstual. Dalam pelaksaan percobaan sebagian besar siswa sudah bekerjasama dengan baik, walaupun ada beberapa siswa yang belum bisa bekejasama dengan baik. Alokasi waktu yang tersedia masih tidak cukup untuk melaksanakan model pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Hal ini dikarenakan sebagian siswa masih merasa kesulitan saat percobaan, karena variasi percobaan yang dilakukan lebih banyak. Selain itu masih ada siswa yang belum disiplin dalam pembelajaran. Untuk mengatasi hal tersebut guru harus lebih intensif memberikan pengarahan agar tidak banyak waktu yang terbuang sis-sia. Adapun kendala yang lainnya adalah kurang aktifnya siswa dalam bertanya selama pembelajaran. Hal ini disebabkan karena siswa tidak percaya diri dengan kemampuannya. Untuk mengatasi hal itu, guru berusaha memancing siswa dengan pertanyaan-pertanyaan yang mudah agar siswa lebih aktif untuk bertanya atau menjawab pertanyaan dari guru. Untuk siswa yang sangat pasif, guru menunjuk mereka untuk bertanya atau menjawab pertanyaan dari guru.
3. Siklus III
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus III sudah sesuai rencana. Siswa sudah menunjukkan perubahan yang signifikan, karena siswa sudah terbiasa menggunakan model pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Sehingga pada siklus III penyelidikan dapat berjalan dengan lancar. Siswa juga sudah aktif dalam melakukan kegiatan penyelidikan. Saat percobaan, sebagian besar siswa telah menunjukkan keseriusannya dalam mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh guru. Siswa juga telah mampu bekerjasama dengan anggota timnya yang lain. Saat presentasi kelas dilaksanakan, siswa juga telah mampu mengemukaan pendapat dan sebagian besar banyak yang bertanya, baik bertanya dengan guru ataupun teman yang melakukan presentasi. Pada siklus III masih terdapat kelemahan-kelemahan sehingga harus segera diatasi. Adapun kelemahan-kelemahan itu seperti siswa merasa kesulitan saat melakukan percobaan pemuaian. Hal ini karena percobaan pemuaian menggunakan pembakar spirtus, yang mana siswa belum terbiasa menggunakannya. Siswa merasa takut saat menghidupkan dan mematikan pembakar spirtus tersebut, jadi guru harus lebih waspada dalam mengawasi siswa dalam melakukan eksperimen.
Nah bagaimana setelah membaca materi diatas, sudah mengerti bukan apa itu pendekatan kontekstual? Kalau begitu saatnya menyimak bacaan selanjutnya mengenai Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Fisika.
[MATERI] Penerapan Pembelajran Fisika dengan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Sikap Ilmiah Siswa (Skripsi oleh Supri Arum Fajar .P - Jurusan Fisika UNNES), selengkapnya KLIK DISINI (atau dibawah ini:)
Nah itu dia pembahasannya, thankyouu:) Wassalamu'alaikum.. edit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar